Pages

Sunday, November 4, 2018

Israel Rayakan Terseoknya Iran akibat Sanksi Amerika

Amerika Serikat kembali memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Iran. Sanksi-sanksi baru ini meliputi sektor perkapalan, keuangan, dan energi, yang membuat ekonomi Iran semakin terseok. Atas keputusan Amerika tersebut, Perdana Menteri Israel melemparkan pujian pada Presiden Donald Trump.

Oleh: Times of Israel dan AFP

Heidar Fekri yang berusia 70 tahun telah menjual peralatan industri dari toko kecilnya di sebuah bazar Theran sejak sebelum revolusi, namun untuk pertama kalinya dia merasa tidak yakin bisa bertahan.

Dia mengartikan hal itu secara harfiah: “Rak-rak saya kosong, gudang-gudang saya kosong, dan sebentar lagi saya akan harus menutup toko. Hal ini adalah seluruh hidup saya— saya tidak akan bertahan lama setelah pintu-pintu ini tertutup.”

Perekonomian Iran telah memiliki banyak masalah bahkan sejak sebelum Presiden Amerika Serikat memutuskan untuk meninggalkan kesepakatan nuklir dari tahun 2015 dan memberlakukan sanksi yang “melumpuhkan”.

Namun tindakan itu menyebabkan kejatuhan mata uang Iran yang memecahkan rekor, sampai 70 persen tahun lalu, dan mendorong eksodus firma-firma asing.

Antisipasi akan kembalinya sanksi penuh, termasuk embargo minyak—yang akan terjadi di hari Senin—telah menjerumuskan negera itu ke dalam resesi dan akan membuat ekonominya menciut sebanyak 3,6 persen tahun depan, ujar Dana Moneter Internasional.

Untuk Fekri, yang telah membawa pompa-pompa dan bor-bor industri dari Eropa selama 47 tahun, ketidakjelasan itu berarti dia telah tidak mengimpor apapun selama lebih dari satu tahun.

“Penjualan telah menurun sampai 90 persen dibanding enam bulan yang lalu. Seluruh bazar menderita,” ujarnya pada AFP.

Hampir semua produk di Iran—mulai dari obat-obatan sampai perangkat pesawat sampai ke botol plastik—terikat oleh jaringan pasokan global, jadi kejatuhkan mata uang dan diperbaruinya ancaman isolasi mengancam setiap sudut masyarakat.

Pemerintah telah dipaksa untuk menyediakan keranjang makanan untuk setengah rumah tangga Iran seiring membumbungnya inflasi.

‘Terima kasih Presiden Trump’

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memuji Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Sabtu (3/10) karena telah memberlakukan lagi sanksi-sanksi terhadap Iran yang telah dicabut di bawah kesepakatan nuklir 2015.

“Selama bertahun-tahun saya telah menghimbau pembaruan sanksi terhadap regim teror pembunuh Iran yang telah membahayakan seluruh dunia,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.

“Efek dari sanksi awal telah dirasakan—(mata uang lokal) sedang turun, ekonomi Iran menurun dan kita sudah melihat hasilnya di lapangan,” tambahnya. “Terima kasih Presiden Trump atas tindakan bersejarah ini. Sanksi-sanksi memang akan datang.”

Sanksi-sanksi tersebut, yang akan diberlakukan pada hari Senin, meliputi sektor perkapalan, keuangan, dan energi Iran, dan merupakan kesatuan kedua yang telah diberlakukan administrasi AS sejak Trump menarik Amerika keluar dari kesepakatan nuklir di bulan Mei.

Berakhirnya partisipasi Amerika dari kesepakatan nuklir itu, yang sekarang terkatung-katung karena Iran tak lagi mendapatkan keringanan dari sanksi-sanksi yang diberlakukan oleh ekonomi terbesar dunia.

Untuk kelas menengah Iran, mungkin pukulan terbesarnya adalah secara psikologis, seiring harapan yang muncul bersama kesepakatan nuklir 2015—kemugkinan negara itu akhirnya bisa melepaskan status pariahnya—telah menghilang.

“Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya diinginkan Amerika. Kami melakukan semua yang mereka mau dan hal itu masih belum cukup. Hal ini terasa seperti perundungan,” ujar Sam Cordier, kepala dari PGt Advertising, yang mewakili klien asing seperti British Airways dan Nestle di Iran.

Washington mengatakan, sanksi-sanksi terhadap Iran dirancang untuk membatasi aktivitas “destabilisasi” Iran di Timur Tengah, namun banyak yang melihat hal itu adalah upaya untuk memicu revolusi.

“Tidaklah adil bagi Amerika untuk memancing kekerasan. Jika hal ini terus berlanjut, semua tenaga profesional yang memiliki sesuatu untuk dibagikan melalui ilmu pengetahuan dan investasi akan pergi,” ujar Cordier.

Dia terpaksa harus memecat enam dari 30 karyawannya dan mengurangi gaji pegawai yang masih bertahan seiring, satu demi satu, klien-klien asing angkat kaki.

“Saya menangis setiap 10 menit ketika saya mengatakannya pada mereka. Ini adalah orang-orang yang tersakiti. Kebanyakan orang-orang yang masih muda dan berpendidikan meninggalkan negara ini. Ada kebocoran pengetahuan yang besar,” tambahnya.

‘Generasi terbuang’

Ada banyak kebencian pada administrasi Trump, namun sejumlah warga Iran secara mengejutkan menjatuhkan kesalahan kepada pemerintah Iran karena tidak bisa melindungi mereka dengan lebih baik.

“Ya, Amerika memang melakukan hal-hal buruk namun mereka melindungi kepentingan mereka sendiri. Jika negara kami mementingkan kepentingan kami, kami tidak akan berada dalam situasi saat ini,” ujar Erfan Yusufi, 30, yang kedai kopi trendi-nya tengah berjuang di tengah melonjaknya harga dan menurunnya permintaan.

Pemimpin Iran menghadapi tuntutan yang pelik, harus tetap bersikukuh di tengah tekanan Amerika, sambil mengakui penderitaan ekonomi yang dirasakan di seluruh penjuru negeri.

“Kami semua paham orang-orang menderita dan berada di bawah tekanan,” ujar Presiden Hassan Rohani kepada parlemen minggu lalu.

“Kami tidak bisa mengatakan kepada masyarakat kami bahwa karena tekanan Amerika, kami tidak bisa melakukan apa-apa. Jawaban seperti itu tidak diterima.”

Dia menyalahkan media aing karena “mengisi pikiran orang-orang dengan propaganda yang salah” tentang melonjaknya harga-harga, walaupun bank sentral Iran sendiri mengatakan harga makanan meningkat sampai 46,5 persen dalam tahun ini sampai bulan September.

Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara saat konferensi persi di New York pada tanggal 26 September 2018, di sela-sela Majelis Umum PBB (Foto: Jim Watson/AFP)

Untuk semua masalah yang sedang terjadi, hanya ada sedikit tanda bahwa warga Iran menginginkan revolusi lain. Sebagian besar warga Iran masih sangat mendukung revolusi terakhir.

Kebanyakan warga takut akan kekerasan yang tidak jelas, ciut melihat pasukan bersenjata atau tidak tertarik untuk melakukan keinginan kekuatan asing.

Yang ada adalah penerimaan yang sedih di antara kebanyakan pemuda, yang sering menyebut diri mereka sendiri sebagai “generasi terbuang” karena telah diambil kesempatannya untuk mencapai potensi penuh mereka.

“Saya khawatir akan masa depan,” ujar Yusufi di dalam kedai kopinya. “Generasi kami memulai setiap hari tidak mengetahui apa jadinya nasib kami.”

Keterangan foto utama: Seorang wanita berjalan melewati toko penukaran mata uang di grand bazar di Tehran, pada tanggal 3 November 2018. (Foto: Atta Kenare/AFP)

Israel Rayakan Terseoknya Iran akibat Sanksi Amerika

Let's block ads! (Why?)

https://www.matamatapolitik.com/israel-rayakan-terseoknya-iran-akibat-sanksi-amerika/https://desimpul.blogspot.com/2018/11/israel-rayakan-terseoknya-iran-akibat.html

No comments:

Post a Comment