Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat keempat yang melibatkan calon wakil presiden (cawapres) memunculkan istilah Greenflation atau inflasi hijau. Greenflation ditanyakan oleh cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka kepada cawapres nomor urut 3, Mahfud MD.
Lantas, sebenarnya apa itu Greenflation?
Dikutip dari situs resmi Bank Sentral Eropa (ECB), terdapat pidato mengenai Greenflation yang melanda dunia bersama dengan adanya Climateflation dan Fossilflation.
Disebutkan, banyak perusahaan yang mengadaptasi proses produksinya dalam upaya mengurangi emisi karbon. Namun sebagian besar teknologi ramah lingkungan memerlukan sejumlah besar logam dan mineral, seperti tembaga, litium, dan kobalt, terutama selama masa transisi.
Kendaraan listrik, misalnya, menggunakan mineral enam kali lebih banyak dibandingkan kendaraan konvensional. Pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai membutuhkan jumlah tembaga tujuh kali lipat dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga gas.
Namun, seiring dengan meningkatnya permintaan, pasokan menjadi terbatas dalam jangka pendek dan menengah. Biasanya diperlukan waktu lima hingga sepuluh tahun untuk mengembangkan tambang baru.
Ketidakseimbangan antara meningkatnya permintaan dan terbatasnya pasokan menjadi alasan mengapa harga banyak komoditas penting meningkat secara signifikan. Harga litium, misalnya, telah meningkat lebih dari 1.000 persen sejak Januari 2020 hingga 2022.
Perkembangan-perkembangan ini menggambarkan sebuah paradoks penting dalam upaya melawan perubahan iklim: semakin cepat dan mendesak peralihan menuju perekonomian yang lebih ramah lingkungan, maka akan semakin mahal pula biaya yang harus dikeluarkan dalam jangka pendek.
Seiring semakin banyaknya industri yang beralih ke teknologi rendah emisi, inflasi hijau diperkirakan akan memberikan tekanan pada harga berbagai produk selama masa transisi.
Bikin Mahfud Bingung, Apa Itu Greenflation?
Sumber Eknomi
No comments:
Post a Comment