REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) terus menarik minat investor untuk berinvestasi. Berkomitmen terus menjaga kinerja fundamental yang apik semakin mendorong kenaikan rerata volume perdagangan BRIS di lantai bursa.
Group Head Investor Relations BSI Rizky Budinanda mengatakan, dari data transaksi terlihat peningkatan volume perdagangan saham BRIS yang signifikan antara tahun 2023 ke 2024. Pada 2023 rata-rata volume transaksi saham BRIS sebesar 31,49 juta lembar dengan nominal Rp 51 miliar.
"Tahun 2024 ini (rata-rata) volume transaksi saham BRIS naik ke 56,29 juta lembar dengan nilai transaksi rata-rata Rp 115,93 miliar,’’ ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (13/2/2024).
Tak hanya itu, harga saham bank yang kehadirannya menjadi lokomotif ekonomi syariah nasional sejak Februari 2021 itu menyentuh harga tertinggi baru pada perdagangan Senin (12/2/2024) kemarin di level Rp2.370. Nominal tersebut naik 0,42 persen dari penutupan perdagangan bursa saham pada hari sebelumnya di level Rp 2.360. Namun, pada Selasa (13/2/2024) harga saham BRIS kembali turun menjadi Rp 2.350 atau turun 0,84 persen.
Adapun sepanjang sesi perdagangan hari ini, saham BRIS diperdagangkan pada rentang Rp 2.330-Rp 2.380 per lembar saham. “Naiknya volume perdagangan tersebut mengindikasikan minat investor yang terus meningkat yang mulai terlihat sejak akhir 2023. Investor yang membidik saham BRIS tergolong investor long term dengan komposisi investor institusi saat ini mencapai 76 persen,” lanjut Rizky.
Dengan pencapaian ini, BSI menjadi salah satu emiten yang mengalami pertumbuhan saham tertinggi selama satu bulan terakhir termasuk di indeks LQ45. Data RTI menunjukkan selama satu bulan saham BRIS naik 20,30 persen, sementara secara year to date (YTD) naik 36,21 persen.
Adapun BSI menerbitkan laporan keuangan pada 1 Februari 2023 dengan capaian kinerja fundamental yang sangat positif. Hal ini diakui Rizky berdampak pada meningkatnya kepercayaan investor.
BRIS mencatatkan laba bersih Rp 5,7 triliun sepanjang 2023 atau tumbuh hingga 33,8 persen dibandingkan dengan pencapaian 2022. Total aset BSI mencapai Rp 353,62 triliun atau naik 15,67 persen secara tahunan/year on year (YOY).
Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 293,78 triliun, bertumbuh 12,35 persen YOY. Sementara itu jumlah pembiayaan sebesar Rp 240,32 triliun bertumbuh 15,7 persen YOY.
Penaikan saham BSI tersebut sejalan dengan konsensus mayoritas analis pasar modal. Di mana saham bank-bank besar di Tanah Air diperkirakan akan memiliki prospek positif pada 2024, kendati perekonomian dihadapkan pada ketidakpastian.
Dikutip dari Bloomberg, empat saham bank yang merupakan the Big Four memecahkan rekor harga tertinggi hampir sepanjang masa pada perdagangan Senin (12/2/2024). Tiga dari empat bank tersebut merupakan bank BUMN, sekaligus induk dari BSI yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan juga PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), BMRI mencetak harga penutupan tertinggi pada level Rp 7.100 per lembar saham atau naik 2,16 persen. BBRI pada sesi perdagangan tersebut ditutup menguat 2,99 persen ke level Rp 6.025 per lembar saham dan menjadi all time high. BBNI ditutup di level harga Rp5.950/ per lembar saham, tertinggi sejak 9 September 1997.
Rata-Rata Volume Transaksi Saham BRIS Sampai Rp 115,93 Miliar
Sumber Eknomi
No comments:
Post a Comment