Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat diminta mewaspadai gerakan kelompok garis keras termasuk terduga teroris yang menyusup menjelang Pilpres 2019 mendatang. Kelompok itu dikhawatirkan membaur dengan masyarakat untuk memperluas jaringan dengan memanfaatkan momentum Pilpres mendatang.
"Peluang bentrokan bisa dimulai dengan memanfaatkan tagar (pilpres). Chaos adalah peluang bagi 'jihadis' untuk mengambil peran, mereka mendambakan chaos di suatu negara," kata Ketua Forum Komunikasi Alumni Afghanistan Indonesia, Ahmad Sajuli, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (8/9/2018).
Dia mengatakan, komunitas antirezim saat ini telah menemukan komunitasnya dengan kelompok garis keras tersebut. Walau masing-masing punya agenda, tetapi 'jihadis' akan terus memasang mata dan kuping menunggu saat yang ditunggu-tunggu itu yaitu konflik.
"Orientasi umum gerakan 'jihad' saat ini adalah Tamkin yaitu tegaknya Syariat Islam tegak menjadi konstitusi utama," ujar dia.
Sajuli mencontohkan generasi Al-Qaeda di Timur Tengah saat ini. Pergerakannya sangat efektif dan mampu membaur bersama ribuan orang dalam sekali waktu.
"Bergerak dengan memanfaatkan perasaan umat Islam. Cerdas dalam berorganisasi dan rapi. Anggotanya juga disiplin dan inilah salah satu keunggulan yang sebut sebagai generasi baru milenial Al-Qaeda," kata dia.
Contoh lain adalah kelompok ISIS, yang mendapatkan keuntungan dari situasi chaos di sebuah negara. Walau tidak secerdas Alqaeda, keduanya merupakan ancaman bagi eksistensi sebuah negara, terutama negara yang menjunjung tinggi pluralisme dan demokrasi.
"Maka, perlu diwaspadai agar jangan sampai upaya kelompok itu memanfaatkan isu politik justru efektif menjadi provokasi yang akan memecahbelah anak bangsa," tukasnya.
Reporter: Muhamad Agil Aliansyah
No comments:
Post a Comment