Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri 5 tahun dan 20 tahun dengan penurunan yield 6 basis poin (bps) menjadi 8,15% dan 8,74%.
- FR0063 8.156 -6,6 bps
- FR0064 8,335 -5,3 bps
- FR0065 8.639 -3,9 bps
- FR0075 8.741 -6,6 bps
Penguatan harga SBN hari ini terjadi ketika pasar global masih mendapat angin segar sementara akibat masih mengambangnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
J. Richard Nadapdap, Heaf of Fixed Income PT Maybank Asset Management, mengatakan penguatan harga SBN hari ini mulai disertai volume transaksi yang cukup besar.
"Tidak seperti pekan lalu di mana volume lebih kecil sehingga penguatannya kurang meyakinkan," ujarnya kepada CNBC Indonesia.
Dia menambahkan saat ini investor lokal mulai melepas obligasi korporasi sehingga mengindikasikan sedang mengumpulkan amunisi dana hingga menunggu saat yang tepat untuk masuk ke pasar SBN.
(dru)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20181105201346-17-40704/perang-dagang-mengambang-pasar-obligasi-lanjut-terbanghttps://desimpul.blogspot.com/2018/11/perang-dagang-mengambang-pasar-obligasi.html
No comments:
Post a Comment