Pages

Thursday, February 7, 2019

Menikmati Spot Paralayang di Kuningan - Koran Jakarta

Gunung Ciremai menjadi pusat pandangan mata ketika merambah ke Kabupaten Kuningan, Jawa Barat (Jabar). Dari kejauhan kesan mistis sudah terasa, namun keindahannya tetap menjadi magnet untuk disambangi.

Banyak pecinta alam yang selalu ingin menaiki Gunung Ciremai. Trek atau jalur mendaki sudah ada dan aman, meski pada kondisi tertentu akan ditutup demi keselamatan pengun­jung. Nah, mungkin sudah terbiasa jika menjelajahi Kuningan dengan jalur darat, cobalah cara lain, menjelajahi dari udara.

Mencoba hal baru, menjelajah Kuningan lewat udara, cobalah untuk mendatangi Warujimun, yang berlokasi di Citangtu Kuningan Jabar. Warujimun kini sudah mulai terkenal dan selalu ramai diakhir pekan oleh kunjungan wisatawan lokal. Dari bukit tersebut, akan mudah melihat hamparan sawah dan bukit hingga latar Gunung Ciremai.

Memasuki areal Warujimun akan langsung terlihat hamparan lembah nan hijau mengundang jiwa petualang untuk segera terbang di atasnya dengan paralayang. Namun jika tidak berani terbang, sekadar menikmati keramaian para pengadu adrenalin dengan para­layangnya pun menjadi pemandangan yang mengasyikan.

Datanglah saat pagi atau menjelang sore hari, karena biasanya para pemain para layang akan terbang pada jam-jam tersebut. Cukup membayar tiket masuk lima ribu rupiah, dan mem­bayar biaya parkir. Tempat ini dibuka untuk umum setiap hari dari pukul 07.00 sampai pukul 16.30 WIB. Setiap minggu dan hari libur lain tempat ini selalu ramai pengunjung yang ingin menikmati pemandangan alam dari atas bukit.

Lokasi lain yang juga dapat menjadi tujuan menikmati wisata pengundang adrenalin paralayang adalah bukit gantole yang ada di Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Masyarakat kini me­nyebutnya sebagai Bukit Gantole. Dan menjadi destinasi wisata baru yang instagramable.

Bukit Gantole Cililin berlokasi di Kampung Pasirpanjang, Desa Singa­jaya, Kecamatan Cihampelas, yang masuk wilayah administratif Kabupaten Bandung Barat (KBB). Untuk mencapai lokasi venue, memang harus ditempuh sekitar 5 KM, atau dengan motor trail agar tidak terlalu melelahkan.

Lokasinya yang berada di atas ketinggian bukit tentu memiliki luas pandang. Dari sana jika melihat Bandung, tentu saja memperlihatkan landscape yang menakjubkan. Terlihat kawasan Cimahi dan Bandung Utara sebagai kawasan cekungan Bandung. Hamparan persawahan, pemukiman penduduk, kawasan pegunungan di Bandung selatan seperti Gunung Malabar hingga hamparan air Waduk Saguling Jatiluhur, Purwakarta jelas terlihat. tgh/R-1

Mampir di Desa Alam Manis

Diperbatasan Kuningan - Cirebon, ada desa yang unik. Tepatnya sebuah resor namun dibuat mirip seper­ti kampung. Lengkap ada kantor RT dan RW serta balai desanya. Namanya Desa Alam Manis.

Seperti pedesaan, di dalam kawasan desa resor ini terdapat pula lumbung desa, koperasi desa dan kantor kepala desa. Rumah-rumah penduduknya, yang menjadi rumah sewaan, juga dibuat selayaknya pede­saan. Bangunan terbuat dari dinding kayu dan kusam, terkesan desa yang sangat udik. Demikian juga cuacanya, sejuk seperti pedesaan, dengan cuitan burung di sekitarnya.

Tapi setelah masuk, kesan itu hilang, sebab di dalamnya ter­dapat fasilitas mewah, layaknya hotel berbintang.

Memasuki desa, pengunjung akan menuruni anak tangga dari semen di mana bagian atasnya beratapkan kayu. Saat menuruni menuju ke rumah-rumah desa, pengunjung akan bertemu den­gan Balai Desa. Balai Desa ini menjadi lokasi untuk berbagai kegiatan, seperti gathering atau­pun pernikahan dengan tamu terbatas (private).

Di bagian atas Balai Desa, tamu yang tidak menginap juga bisa menikmati sajian khas kuliner Cirebon di Restoran Lawang Rasa atau kafe Kelapa Luhur.

Setelah bertemu dengan rumah kampung, suasananya memang benar-benar kampun­gan. Rumah dengan dinding kayu yang sudah terlihat kusam akan menyambut tamu. Di ba­gian depan terlihat kursi panjang atau ayunan tua.

Suasana sepi cenderung mistis akan menyeruak di Desa Alam Manis ini. Dan tempat ini memang cocok untuk menyepi atau melepas penat setelah berkeliling menikmati keindahan hamparan Gunung Ciremai den­gan paralayang dari bukit Waru­jimun. tgh/R-1

Bukit Batudua yang Menakjubkan

Spot menarik dan menjadi buruan pen­gunjung untuk berfoto di sana yaitu te­pat pada titik landasan (take off) gantole yang dibangun sederhana dengan bambu, tetapi memiliki latar belakang pemandangan alam yang menawan.

Karena berada di ujung bukit, tidak banyak fasilitas yang tersedia yang memanjakan pen­gunjung. Hanya ada beberapa warung kecil dan lokasi parkir untuk kendaraan.

Tempat lainnya adalah Bukit Batudua Gu­nung Lingga, Kecamatan Cisitu dan di puncak Toga di Kecamatan Sumedang Selatan, di kawasan Kampung Toga.

Di puncak gunung, bisa melihat peman­dangan pegunungan yang indah dan wilayah perkotaan yang mempesona. Bahkan pe­mandangan dari ketinggian di puncak Bukit Batudua semakin menakjubkan, karena bisa melihat langsung genangan Waduk Jatigede yang luas.

Lokasi take off olah raga paralayang di Batudua di Kabupaten Sumedang sudah di­anggap layak dan ideal untuk digunakan even dunia paralayang.

Sebab di lokasi itu, terdapat kombinasi antara pegunungan dengan dataran luas yang rata. Bahkan kondisi geografis di sekitar Gu­nung Lingga, terdapat beberapa titik termal yang bisa memengaruhi paralayang terbang lebih lama di udara. Di tempat ini pernah berlangsung even Indonesian Pre World Cup 2013 Batu Dua Open.

Bukit Lingga yang memiliki ketinggian 930 meter di atas permukaan laut ini tentunya menyajikan hamparan pemandangan pe­sawahan nan hijau yang indah, dan peman­dangan terbaru adalah Waduk Jatigede dari ketinggian.

Cukup mudah untuk mengaksesnya dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jaraknya juga cukup dekat dengan jalan raya Sumedang - Wado, sekitar 4 KM saja.

Nah sebelum mencoba tentu harus siap­kan kondisi fisik yang sehat. Banyak operator paralayang yang bisa dipilih, yang baik dan berkualitas biasanya memiliki instruktur/pe­mandu yang bersertifikat FASI (Federasi Aero Sport Indonesia).

Karena baru mencoba, tentunya tidak akan terbang sendiri. Biasanya ada pemandu atau pilot tandem yang ikut terbang. Selain itu peralatan standar juga wajib dikenakan, seperti sarung tangan dan helm.

Pemandu biasanya akan duduk di be­lakang yang akan mengendalikan gerak parasut hingga menuju ke lokasi pendaratan. Meski hanya “menumpang” namun ker­jasama diantara keduanya tetap diutamakan. Yakni wajib mengikuti aba-aba pemandu.

Misalnya saat hendak take off, tentunya Anda harus berlari. Jika pemandu belum mengatakan berhenti berlari, maka jangan berhenti, hingga yang terasa adalah kaki berpijak pada lantai kosong. Artinya sudah terbang. Nah saat di udara pun harus tetap tenang. tgh/R-1

Let's block ads! (Why?)

http://www.koran-jakarta.com/menikmati-spot-paralayang-di-kuningan/https://desimpul.blogspot.com/2019/02/menikmati-spot-paralayang-di-kuningan.html

No comments:

Post a Comment