REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan hilirisasi industri hasil hutan telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian nasional, termasuk peningkatan investasi yang signifikan.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan kinerja industri hilir berbasis hasil hutan dapat dilihat dari variabel nilai ekspor, serapan tenaga kerja, dan pertumbuhan investasi.
"Di sisi investasi terjadi peningkatan untuk industri hilir berbasis hasil hutan sejak 2015-2022. Pada tahun 2015, investasi industri hilir berbasis hasil hutan sebesar Rp 16,5 triliun, dan meningkat signifikan menjadi Rp 43,97 triliun pada 2022," katanya dalam keterangan di Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Pada tahun 2022, kinerja ekspor industri hilir berbasis hasil hutan mencapai 15 miliar dolar AS, dengan impor senilai 4,68 miliar dolar AS.
Di sisi ketenagakerjaan, tercatat sebanyak 2,83 juta orang tenaga kerja terlibat di industri berbasis hasil hutan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka tenaga kerja tersebut meningkat jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja di industri tersebut tahun 2015 dan 2019, berturut-turut sejumlah 543 ribu dan 2,76 juta orang.
Pengembangan industri hilir berbasis hasil hutan mulai dilakukan pada dekade 1980-an dengan produksi dan ekspor kayu lapis.
Hingga saat ini, komoditas hutan Indonesia telah menghasilkan produk-produk kualitas ekspor, di antaranya woodworking (kayu gergajian, komponen bangunan, bangunan prefabrikasi), panel (veneer, kayu lapis, barecore, Medium Density Fiberboard (MDF)), kayu laminasi, pelet kayu (wood pellet), furnitur, pulp, kertas, serta viscose yang merupakan bahan baku untuk produksi benang rayon.
Saat ini, hilirisasi industri kayu olahan yang sedang berkembang adalah industri pelet kayu yang berbahan baku dari serbuk kayu, baik dari kayu berkalori tinggi maupun dari limbah serbuk kayu atau biomassa.
Kayu atau chip kayu memiliki produk hilir dengan diversifikasi cukup luas, salah satunya pulp dan kertas. Industri pulp dan kertas Indonesia dapat memproduksi hampir semua jenis kertas, mulai dari kertas budaya, kertas berharga, kertas khusus, kertas industri, kertas lainnya, dan barang-barang dari kertas.
Adapun saat ini sedang dibangun industri paperboard dengan kapasitas terpasang 1,2 juta ton/tahun, yang akan ikut memasok kebutuhan containerboard dunia yang mencapai 192 juta ton, dengan 49,5 persen atau 95 juta ton kebutuhan di antaranya berasal dari Asia dengan total nilai investasi sebesar Rp 33,4 triliun.
Selain itu, saat ini juga sedang dilakukan investasi kemasan aseptik yang merupakan produk hilir dari paperboard dengan nilai investasi sekitar 200 juta dolar AS atau Rp 3 triliun.
Saat ini, industri pulp berbasis kayu juga telah menghasilkan inovasi hilirisasi produk berupa serat rayon viscose. Kapasitas terpasang industri rayon sebesar 300 ribu ton/tahun dan direncanakan untuk diperluas menjadi 600 ribu ton/tahun.
"Produksi rayon tersebut akan memenuhi kebutuhan bahan baku rayon bagi industri turunannya sebagai substitusi terhadap impor kapas dan juga mendorong multiplier effect yang lebih besar bagi Indonesia," imbuhnya.
Lebih lanjut, Putu memastikan hilirisasi industri berbasis hasil hutan Indonesia telah menerapkan prinsip-prinsip lingkungan seiring kesadaran yang tinggi dari negara konsumen tujuan ekspor komoditas tersebut.
Ia menyebut ke depan, pengembangan hilirisasi industri berbasis hasil hutan akan diarahkan pada komoditas yang produksinya memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan, antara lain bersumber dari bahan baku lestari, penerapan circular economy, berperan dalam penurunan emisi gas rumah kaca, dan memiliki eco-design yang sesuai dengan tren pasar.
"Sejauh ini sebagian besar produk-produk industri hilir berbasis hasil hutan Indonesia telah menerapkan prinsip-prinsip tersebut," kata Putu.
sumber : Antara
Kemenperin: Hilirisasi Industri Hasil Hutan Tingkatkan Investasi
Sumber Eknomi
No comments:
Post a Comment