Pages

Saturday, December 21, 2024

Jumlah Kelas Menengah Indonesia Pengaruhi Ekonomi Australia, Ini Alasannya

Repost Ekonomi juraganluempang.blogspot.com

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prabowo Subianto ingin menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Meski demikian, data menunjukkan, sedang terjadi penyusutan kelas menengah di negeri terbesar Asia Tenggara ini.

Setelah dilantik pada 20 Oktober 2024 lalu, Prabowo kembali menegaskan janjinya untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi dari 5 persen per tahun menjadi 8 persen. Sayangnya, penurunan jumlah kelas menengah, menimbulkan keraguan akan tercapainya visi Presiden itu.

Menurut media Australia, ABC, para eksportir negeri kanguru memperhitungkan dengan matang situasi ekonomi Asia. Mereka menginginkan golongan menengah ke atas mengalami pertumbuhan di masa depan. Seperti sudah disinggung di atas, di Indonesia justru menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Lantas apakah benar terjadi penyusutan kelas menengah di Indonesia? Pada Agustus 2024, Badan Pusat Statistik menyajikan data jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai 'kelas menengah' hanya di bawah 48 juta orang atau 17 persen dari populasi.

Sebagai perbandingan, pada 2019, jumlah kelas menengah lebih tinggi 9 juta orang dari angka saat ini, atau mencakup 21 persen dari Populasi. Pemerintah menggolongkan kelas menengah adalah orang-orang dengan pengeluaran Rp 2 juta - Rp 9,9 juta per bulan (197 dolar AS - 958 dolar AS). Itu sejalan dengan defenisi dari Bank Dunia.

Lalu jumlah kelas menengah rentan meningkat sekitar 8 juta orang. Dampak pandemi covid-19 masih terasa ke perekonomian. Pun dengan sejumlah alasan lainnya.

"Sangat sulit untuk mencari pekerjaan, dan beberapa teman sekelas saya yang lulus dari Universitas bersama saya bekerja sebagai pengantar makanan dengan sepeda motor untuk bertahan hidup," kata Ibnarsyah Almuda, seorang pencari kerja di Jakarta dengan latar belakang di bidang peralatan medis, dikutip dari ABC, Sabtu (21/12/2024).

Meski angka-angka di atas memicu kekhawatiran tentang tujuan jangka panjang Indonesia untuk menjadi negara berpendapatan tinggi, namun beberapa analis melihat ada indikator berbeda. Di sisi lain, terjadi peningkatan kemakmuran kelas menengah. Itu terlihat dari jumlah penjualan tiket film, perjalanan domestik, menunjukkan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir.

Di area-area terjadinya perdagangan Australia dengan Indonesia, terdapat tanda-tanda serupa. Tanda-tanda kelas menengah masih terus tumbuh.

Ekspor daging sapi Australia juga berada di jalur yang tepat untuk memecahkan rekor. Pertumbuhan daging sapi dingin di rak-rak supermarket dan restoran kelas atas tidak menunjukkan adanya penurunan konsumsi kelas menengah.

"Kami mengharapkan pertumbuhan konsumsi daging sapi yang konsisten sebesar 5 persen setiap tahun," kata Valeska, manajer regional untuk Asia Tenggara untuk Meat and Livestock Australia (MLA).

Ia mengatakan kepercayaan konsumen di Indonesia tetap kuat. Penilaian MLA sendiri terhadap konsumsi kelas menengah menunjukkan pertumbuhan di masa mendatang.

"Ketika MLA melacak kelas menengah Indonesia, kami menggunakan titik harga 35.000 ribu dolar AS per tahun, sebagai ukuran siapa yang secara konsisten mampu membeli daging sapi," katanya kepada ABC.

"Dan jumlah orang dalam kategori itu telah bertambah setiap tahun. Dari 2,5 juta sekarang, kami pikir akan menjadi 4 juta pada tahun 2026."

Tidak seperti pasar ekspor utama Australia seperti China dan Jepang, di mana populasi menua dan menyusut, populasi Indonesia secara keseluruhan diperkirakan akan terus tumbuh dalam beberapa dekade mendatang. Dalam jangka panjang, pemerintah Indonesia mengandalkan kelas menengah untuk berkembang pesat guna menghindari "middle-income trap".

Pada awal tahun ini, Bappenas menyatakan Indonesia perlu meningkatkan porsi kelas menengah menjadi 80 persen pada 2045. Itu bisa menjadi lompatan besar dalam dua dekade.

"Jika Anda ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, aanda memerlukan sumber pertumbuhan lain," kata Arianto Patunru dari Australian National University's Crawford School of Public Policy.

"Saya pikir yang dibutuhkan Indonesia sekarang adalah mendapatkan lebih banyak dukungan dari perdagangan, dan tidak ada negara dalam sejarah yang dapat memiliki pertumbuhan tinggi tanpa membuka ekonomi mereka lebih lebar."

Prabowo konsisten menyatakan Indonesia harus menjadi negara mandiri. Menurut Arianto, itu sentimen yang tidak menunjukkan keterbukaaan yang lebih besar secara ekonomi.

"Kita tidak bisa hanya mengandalkan pasar domestik untuk meningkatkan pertumbuhan," ujarnya.

Ia menilai target pertumbuhan ekonomi 8 persen terlalu tinggi dan sangat ambisius. Pada saat yang sama, ia sepakat sasaran ambisius diperlukan, utamanya untuk memberantas kemiskinan.

Adblock test (Why?)


Jumlah Kelas Menengah Indonesia Pengaruhi Ekonomi Australia, Ini Alasannya
Sumber Eknomi

No comments:

Post a Comment