Praha, IDN Times - Pemerintah RI melalui Kementerian Luar Negeri berbagi pengalaman dalam menyelesaikan konflik agama atau budaya, pada acara Interfaith and Intercultural Conference bertajuk Reaching Out to the Outher: Overcoming Intercultural Conflicts yang diselenggarakan di Praha, Ceko, Rabu (7/11).
Apa saja masukan untuk negara-negara di Asia dan Eropa itu?
Baca Juga: Bisakah Ekonomi Kreatif Indonesia Jadi Unggulan di Asia Tenggara?
1. Kunci menyelesaikan konflik adalah melalui budaya mediasi dan dialog
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri Cecep Herawan yang mewakili acara tersebut menyebutkan, kunci penyelesaian konflik adalah mediasi dan dialog.
“Mediasi, dialog, dan bina perdamaian adalah kunci penyelesaian konflik,” ujar Cecep saat penutupan acara tersebut, Rabu (7/11).
Cecep menekankan sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB 2019-2020, Indonesia akan semakin aktif mendorong habit of dialogue dan kemitraan global, untuk memperkuat ekosistem perdamaian serta stabilitas global dalam memerangi segala bentuk terorisme dan ekstremisme.
"Kerja sama yang lebih erat diperlukan antara pemerintah, civil society, media, pemimpin agama dan masyarakat di grass root, dalam upaya menyelesaikan konflik-konflik agama, budaya, maupun global,” kata dia.
Sejumlah ahli, akademisi, serta wakil dari kalangan diplomatik dan organisasi internasional dari beberapa negara lainnya seperti Ceko, Austria, Pakistan, Inggris, Jerman, Serbia, Kuwait, Turki, serta Uni Emirat Arab, turut juga berpartisipasi pada Interfaith dan Intercultural Conference ini.
2. Keterlibatan komunitas lokal dengan nilai-nilai kearifan lokal sangat penting dalam penanganan konflik budaya atau agama di Indonesia
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editors’ picks
Hadir pula mewakili Indonesia, pembicara ahli dari unsur civil society dalam konferensi tersebut adalah Peneliti Senior The Wahid Institute dan Dosen Senior Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Dadi Darmadi dan Peneliti Senior The Habibie Center dan Dosen Senior London School of Public Relations Rudi Sukandar. “Keterlibatan komunitas lokal/civil society dengan nilai-nilai kearifan lokalnya sangat penting dan dibutuhkan, dalam penanganan konflik budaya/agama di Indonesia,” kata Dadi pada sesi kedua konferensi bertema penyelesaian konflik dalam perspektif dunia Islam.
Sementara, Rudi Sukandar menekankan, "pentingnya memprioritaskan pendekatan non-sekuriti dan keterlibatan pemuda dalam pencegahan serta penyelesaian konflik," ujar dia pada sesi ketiga konferensi yang dihadiri lebih dari 150 orang yang terdiri dari akademisi, think thank, praktisi, korps diplomatik asing, dan media.
3. Pemerintah Republik Ceko apresiasi Pemerintah RI
Selaku tuan rumah penyelengaraan forum ini, Wakil Menteri Luar Negeri Republik Ceko Lukas Kaucky menyampaikan apresiasi atas kehadiran pemerintah RI untuk berbagi pengalaman terbaik, tentang inisiatif dan upaya Pemerintah RI mengelola keharmonisan di tingkat nasional maupun global. Khususnya, perihal mediasi konflik Ronghingya, Afganisthan, dan Palestina, serta inisiatif bina perdamaian (peacebuilding) pada kerangka Peacebuilding Commission sejak 2006.
Pada konferensi yang berlangsung satu hari penuh ini, Indonesia menyampaikan pandangan mengenai penyelesaian konflik dari perspektif dunia Islam, dan pentingnya kerja sama pemerintah dengan kalangan akar rumput, dalam penyelesaian konflik di masyarakat.
Indonesia telah berpartisipasi aktif pada konferensi ini sejak pertama kali diselenggarakan pada April 2016. Konferensi internasional yang telah berlangsung produktif di Czernin Palace ini menekankan pentingnya dialog, komunikasi, dan cara-cara damai seperti mediasi, serta bina perdamaian dalam penyelesaian konflik.
Konferensi yang sudah memasuki tahun ketiga ini terselenggara atas kerja sama Kementerian Luar Negeri Republik Ceko serta beberapa lembaga think thank, antara lain Institute of International Relations Prague, Organisasi Kerja Sama Islam/Prague Group, dan Anna Lindh Foundation.
Interfaith and intercultural dialogue (IID) telah menjadi fitur tetap diplomasi soft power Indonesia sejak 2004. Pemerintah RI telah melakukan IID pada berbagai tingkatan, baik bilateral, regional maupun multilateral. Secara bilateral, Indonesia telah memiliki 31 negara mitra.
Sedangkan, pada tataran regional, Indonesia secara aktif mempromosikan dan menginisiasi kegiatan IID dalam kerangka ASEM, Asia Pasifik, ASEAN dan MIKTA. Sedangkan dalam kerangka global, Indonesia aktif pada United Nations Alliance of Civilizations (UNAOC) dan Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Mengharukan ya guys sepak terjang Indonesia di kancah internasional.
Baca Juga: Ini 5 Bukti Persahabatan Indonesia dan Selandia Baru, Keren Deh!
https://www.idntimes.com/news/indonesia/ita-malau/indonesia-berbagi-pengalaman-selesaikan-konflik-di-konferensi-prahahttps://desimpul.blogspot.com/2018/11/indonesia-berbagi-pengalaman-selesaikan.html
No comments:
Post a Comment