Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai bayang-bayang profit taking masih menaungi pasar obligasi dalam waktu dekat meskipun sentimen positif masih membanjir.
Sentimen positif tersebut adalah data pertumbuhan ekonomi yang di atas prediksi, potensi perlambatan ekonomi global, return menarik yang ditawarkan pasar surat utang negara (SUN), dan nada kalemnya (dovish) bank sentral Amerikas Serikat (AS).
"Selain itu, belum adanya sinyal hubungan antara damai dagang dengan pidato Trump kemarin, dan juga masih ada potensi berlanjutnya penutupan (shutdown) pemerintahan AS, juga membatasi agresivitas investor," ujar Ariawan dalam risetnya pagi ini (7/2/19).
Dia menacatat harga obligasi sudah naik signifikan dan menurunkan tingkat imbal hasil (yield), salah satunya contohnya seri FR0078 bertenor 10 tahun yang yield-nya sudah turun 42 basis poin (bps) dalam 4 hari perdagangan terakhir.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Faktor lain, lanjut Ariawan, adalah potensi keengganan pelaku pasar masuk ke pasar terkait dengan lelang pekan depan.
Senada dengan Ariawan, Associate Director of Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, memprediksi hari ini akan terjadi pelemahan yang didasari analisa teknikal.
"Dengan kenaikan (harga obligasi kemarin) tersebut, secara analisa teknikal, langsung membuat pasar jenuh beli (overbought), sehingga menuntut imbal hasil obligasi untuk naik hari ini. Oleh sebab itu kami melihat pasar obligasi berpotensi dibuka bervariasi dengan potensi pelemahan (harga) pada hampir seluruh seri acuan," ujar Nico dan tim.
Dia mengatakan fokus investor akan tertuju pada data inflasi AS yang berotensi turun bulan ini, serta data cadangan devisa Indonesia.
"Tentu apabila ternyata cadangan devisa kembali naik, tentu hal ini akan menjadi sentimen positif untuk pasar."
Berikut beberapa berita pasar obligasi yang dirangkum kedua analis:
- Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 Indonesia mencapai 5,18% YoY, lebih tinggi daripada prediksi konsensus pelaku pasar 5,1% YoY.
- PT PP Properti Tbk (PPRO) menawarkan Obligasi Berkelanjutan I Tahap II-2019 dengan jumlah pokok sebanyak-banyaknya Rp 800 miliar berkupon 11,15% untuk memenuhi sejumlah kebutuhan pendanaan perseroan. Manajemen PPRO memaparkan terdapat beberapa rencana penggunaan dana dari emisi tersebut. Pertama, sekitar 44% akan digunakan untuk modal kerja perseroan. Kedua, sekitar 22% akan digunakan untuk pembayaran sebagian cicilan investasi tahun sebelumnya dan penggantian kas perseroan yang digunakan untuk pembelian lahan di Pulau Jawa dari pihak ketiga. Ketiga, sekitar 10% akan digunakan untuk pembayaran pokok utang perseroan atau refinancing. Keempat, sekitar 24% akan digunakan untuk investasi dalam bentuk pengembangan usaha bidang properti di Pulau Jawa.
- Pemerintah melaksanakan lelang Surat Berharga Syariah Negara pada tanggal 6 Februari 2019. Total penawaran yang masuk sebesar Rp21.6 T. Total nominal yang dimenangkan dari kelima seri yang ditawarkan tersebut adalah Rp 10.12 T. (DJPPR)
- BFI Finance melihat peluang untuk menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun di bulan Februari 2019 ini. Untuk obligasi 1 tahun berkupon 9%, 3 tahun berkupon 10,5%.
Yield Obligasi Negara Acuan 6 Feb 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 4 Feb 2019 (%) | Yield 6 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 6 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.729 | 7.685 | -4.40 | 7.5941 |
FR0078 | 10 tahun | 7.845 | 7.776 | -6.90 | 7.6742 |
FR0068 | 15 tahun | 8.156 | 8.084 | -7.20 | 7.9208 |
FR0079 | 20 tahun | 8.282 | 8.217 | -6.50 | 8.0571 |
Avg movement | -6.25 |
Yield US Treasury Acuan 4 Feb 2019
Seri | Benchmark | Yield 6 Feb 2019 (%) | Yield 7 Feb 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.417 | 2.425 | 3 bulan-5 tahun | -6.8 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.524 | 2.52 | 2 tahun-5 tahun | 2.7 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.497 | 2.489 | 3 tahun-5 tahun | -0.4 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.507 | 2.493 | 3 bulan-10 tahun | -25.7 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.704 | 2.682 | 2 tahun-10 tahun | -16.2 |
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 6 Feb 2019 (%) | Yield 7 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.93 | 8.93 | 0.00 |
China | 3.135 | 3.15 | 1.50 |
Jerman | 0.163 | 0.166 | 0.30 |
Perancis | 0.578 | 0.581 | 0.30 |
Inggris | 1.214 | 1.212 | -0.20 |
India | 7.614 | 7.565 | -4.90 |
Italia | 2.837 | 2.869 | 3.20 |
Jepang | -0.014 | -0.014 | 0.00 |
Malaysia | 4.037 | 4.057 | 2.00 |
Filipina | 6.078 | 6.078 | 0.00 |
Rusia | 8.12 | 8.12 | 0.00 |
Singapura | 2.182 | 2.167 | -1.50 |
Thailand | 2.41 | 2.41 | 0.00 |
Turki | 14.02 | 14.02 | 0.00 |
Amerika Serikat | 2.704 | 2.682 | -2.20 |
Afrika Selatan | 8.65 | 8.66 | 1.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(irv/hps)
No comments:
Post a Comment