Pada Senin (4/2/2019) pukul 09:04 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.975. Rupiah melemah 0,29% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Research Analyst FXTM Lukman Otunuga kepada CNBC Indonesia, Senin (4/2/2019) mengungkapkan penguatan rupiah pada jangka panjang memang dibatasi oleh masalah pertumbuhan global dan ketegangan dagang.
"Sentimen pasar masih rapuh dan risiko geopolitik tetap bergejolak, sehingga mata uang pasar berkembang masih rentan mengalami penurunan," ungkap Lukman.
Rupiah ke depan masih bisa menguat. Faktor yang mempengaruhinya, di antaranya menurut Lukman adalah inflow yang masuk ke Foreign Direct Investment (FDI) atau Penanaman Modal Asing (PMA).
"Terdapat beberapa faktor yang mampu memperkuat nilai tukar rupiah di masa depan yaitu adalah FDI (Foreign Direct Investment) yang apabila kembali menguat tentunya akan menggembirakan bagi ekonomi Indonesia dan mendukung selera beli rupiah, dan Federal Reserve yang tidak akan tergesa-gesa dalam mengubah suku bunga Fed," tuturnya.
Lalu apa yang perlu diwaspadai rupiah?
"Hal yang perlu diwaspadai oleh Indonesia antara lain adalah ketegangan dagang yang terus berlanjut, ketidakpastian politik di Washington, dan data ekonomi dari Tiongkok. Kekhawatiran bahwa pertumbuhan global melambat menambah masalah fundamental yang mengganggu selera risiko, sehingga rupiah dan mata uang pasar berkembang lainnya akan tetap tertekan," tutur Lukman lebih jauh.
(dru)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190204094502-17-53707/sentimen-pasar-masih-rapuh-waspada-rupiahhttps://desimpul.blogspot.com/2019/02/sentimen-pasar-masih-rapuh-waspada.html
No comments:
Post a Comment